Minggu, 12 Agustus 2018

Ndak Papa

23.53 0 Comments



Suatu hari, temanku mengirim pesan lewat aplikasi Whatsapp, singkat cerita beliau menceritakan judul tesisnya padaku. Aku membalas dan menanggapinya senang seraya berkata,"ndak papa mbak.lanjutkan saja. semangat, Mbak"

Selesai.


Sebelum aku kembali keperantauan, ibu mengatakan dengan lirih,"kak.. gak papa ya gak ibu kasih saku untuk balik ke Jogja. Uang ongkos pesawatnya pake uang kakak dulu gapapa yaa.. biaya untuk adek masih perlu banyak.. gapapa ya kak...
aku gak tega.
"iya ndak papa kok bu. Masih ada uang tabunganku, cukup untuk bulan depan.

Selesai.


Merintis usaha benar-benar penuh perjuangan. disela-sela kesibukan kuliah, menulis tesis, amanah dakwah dan organisasi kampus juga dibarengi mengurusi usaha kecil-kecilan.
saat itu paketan dari toko yang dikirim salah. pelangganku kecewa, beliau tidak mau membayar pesanan yang ada karena tidak sesuai dengan yang dipesan. begitu pun juga saat saya komplain ke toko. lapor sana-sini namun tidak ada kesepakatan yang berarti. Dan, saat itu aku bilang ke ibu untuk menenangkan si pembeli, "ndak papa bu. nanti dijual lagi sama yang lain. insya Allah masih ada yang mau"


ndak papa.
bukan kata tanda pasrah.
bukan pula kata tanpa ikhtiar,
"ndak papa" adalah ujian untuk mengikhlaskan sesuatu.
"ndak papa" mengingatkan kita untuk terus tunduk pada-Nya, bahwa semua ini adalah titipan. tak papa jika itu diambil dari kita.

ndak papa..
ndak papa.
aku ndak papa. :)

Follow Us @soratemplates