Pendidikan merupakan
tombak dasar bagi berkembangnya negara, pendidikanlah yang menjadi lahan untuk
memelihara dan menghasilkan bibit unggul suatu bangsa. Menata pendidikan
berarti bukan hanya menata soal sistem, namun juga mengacu pada falsafah bangsa
kita sebagai acuan dalam menata pendidikan tersebut. Salah satunya Pancasila
yang bukan hanya sekedar dasar bagi bangsa untuk menata kehidupannya, tapi
termasuk juga di dalamnya sebagai dasar untuk menata pendidikan.
Fenomena sosial yang
muncul di Negeri ini mulai mengkhawatirkan. Tak hanya dari segi ekonomi,
politik, budaya, bahkan masalah pendidikan memerlukan perhatian khusus serta
penanganan yang serius. Berdasarkan
survey United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
(UNESCO) tahun 2013 terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang
tepatnya di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara,
sementara untuk kualitas guru berada pada urutan ke 14 dari 14 negara
(Kompas.com). Realita lain tentang pendidikan kita terkait kasus kekerasan terjadi
di Sekolah Dasar di daerah Sukabumi yang menewaskan satu pelajarnya, semakin
menambah tinta hitam untuk pendidikan kita (Republika.co.id).
Pendidikan karakter yang digadang-gadang
dapat mengembalikan tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia kembali
menjadi solusi yang ditawarkan pemerintah. Sejatinya pendidikan karakter menekankan
kepada pendidik untuk bertanggung jawab lebih. Pendidik dituntut mendidikan dan
menberikan contoh yang baik. Bukan hanya mentransfer ilmu kepada peserta didik,
tapi juga learning by doing. Agar peserta didik juga mencontoh perilaku dari
sang pendidik, maka perlu pembiasan-pembiasan baik, penanaman nilai-nilai
moral, nilai kebudayaan, dan lain-lainnya bermula dari seorang pendidik.
Sehingga diharapkan realita konkret dari pendidik mengakar dan menjadi pedoman
peserta didik untuk menjadi individu yang cerdas, berbudi baik, produktif, dan
kreatif.
Saat ini adalah
zamannya krisis karakter. Banyak sekali orang pintar namun minim moral, mereka
yang cerdas namun ekstrem, mereka yang berintelektual tinggi namun tak punya
empati, bahkan berani menggadaikan kejujuran demi uang ataupun jabatan.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat dicegah dengan pendidikan karakter
sebagai kuncinya. Diharapkan pendidikan karakter bukan hanya menjadi tanggung
jawab pendidikan sebagai role model anak, tapi juga keluarga, lingkungan
terdekat juga ikut andil dalam membangun karakter anak ataupun peserta didik.
karena generasi penerus bangsa yang memiliki karakter bermoral, tangguh dan
kuat dalam membangun peradaban bangsa adalah mereka yang dapat membangun Indonesia
menjadi lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar